Selasa, 13 Desember 2016

Jurnal Kosmologi

Muhammad Khoirul Fikri Maulana
1404016050
Aqidah Filsafat

KONSEP ALAM SEMESTA PERSPEKTIF AL-QUR’AN

Abstrak : Terciptanya alam merupakan bukti eksistensi Allah sebagai Tuhan. Dengan daya yang Allah miliki dapat menciptakan alam begitu mudah ataupun dapat menghancurkan alam ini dengan mudah pula. Menjaga dan menghormati kelestarian alam merupakan suatu kewajiban bagi kita untuk membuat sebuah kehidupan yang asri bersahabat dengan alam menjadikan kehidupan yang lebih indah dan harmonis. Terciptanya alam semesta ini juga telah dijelaskan didalam Al-Qur’an dengan ayat-ayat kosmologis dan keterkaitan antara manusia dan alam.
Keyword : Alam, Penciptaannya, dan Al-Qur’an.
A. Pendahuluan
      Alam merupakan salah satu faktor yang penting dalam dinamisme kehidupan. Kaitan antara alam,  manusia dan dinamikanya menjadi simbiosis yang tidak bisa dipisahkan. Satu hal yang mudah kita pahami bahwa alam merupakan tanda eksistensi Tuhan yang meliputi langit dan bumi. Berbagai daratan, lautan pengunungan dan lain sebagainya adalah elemen-elemen yang bisa memberikan sebuah kesempurnaan bagi alam.
Didalam Al-Qur’an telah dijelaskan bagaimana alam semesta ini diciptakan dengan berbagai kejadiannya yang dapat dijadikan sebuah ilmu bagi manusia. Seiring dengan kemajuan tekhnologi lahir berbagai bidang keilmuan yang membahas mengenai alam semesta. Beberapa macam penelitian yang telah dipaparkan pada abad 19 hingga sekarang ini menjadikan teori yang sering digunakan manusia untuk berbagai bidang keilmuan. Bahkan lahir pula buku-buku literature sebagai

       pedoman belajar mulai dari jenjang pendidikan bawah hingga atas. Namun referensi yang paling utama dan valid adalah Al-Qur’an yang juga didalamnya ada pembahasan mengenai konsepsi alam semesta. Al-Qur’an merupakan sumber ilmu yang harusnya digunakan oleh para ilmua dalam melakukan kajian mengenai alam semesta ini, namun dengan keterbatasan kepercayaan oleh para ilmuan barat khususnya menjadikan tidak digunakannya ayat Al-Qur’an sebagai referensi. Beberapa ayat yang membahas mengenai alam semesta atau yang sering disebut dengan ayat-ayat kosmolgis menjadi fokus kajian dalam tulisan ini.
Alam Semesta
Didalam Wikipedia alam semesta atau jagad raya digunakan untuk menjelaskan seluruh ruang waktu kontinu dimana kita berada, dengan energy dan materi yang dimilikinya. Pada pertengahan pertama abad ke-20 usaha untuk memahami pengertian alam semesta dalam lingkup ini pada skala terbesar yang memungkinkan, ada pada kosmologi, ilmu pengetahuan yang berkembang dari fisika dan astronomi.
Pada pertengahan terakhir abad ke-20, perkembangan kosmologi berdasarkan pengamatan juga disebut fisika kosmologi mengarahkan pada pembagian kata alam semesta ini, antara kosmologi pengamatan dan kosmologi teoritis yang (biasanya) para ahli menyatakan tidak ada harapan untuk mengamati keseluruhan dari ruang waktu kontinu, kemudian harapan ini dimunculkan mencoba untuk menemukan spekulasi paling beralasan untuk model keseluruhan dari ruang waktu, mencoba mengatasi kesulitan dalam mengimajinasikan batasan empiris untuk spekulasi tersebut dan risiko pengabaian menuju metafisika.1
Menurut kesimpulan penulis penjelasan mengenai alam semesta adalah suatu sistem komponen yang bersinggungan langsung dengan

            manusia berupa ruang, hewan-hewan, dan tumbuh-tumbuhan dengan langit sebagai atapnya dan bumi sebagai lantainya. Jadi, alam semesta adalah sebuah ruangan yang begitu besar dan terdapat kehidupan didalamnya baik kehidupan biotik maupun abiotik.
Proses terciptanya alam semesta perspektif Al-Qur’an.
Kata penciptaan dalam artian kamus besar Bahasa Indonesia adalah proses, cara, perbuatan menciptakan. Dewasa ini para ilmuan telah melakukan berbagai penelitian yang berakhir pada kesimpulan bahwa alam semesta ini terjadi dari tiada menjadi ada. Teori-teori yang muncul seperti teori bigbang yang terjadi secara kebetulan dan menimbulkan dentuman besar adalah menunjukkan aktivitas alam semesta dari ketiadaan menuju ada (adanya penciptaan).
Dalam beberapa abad terakhir atau kurang lebihnya satu abad terakhir, serangkaian eksperimen yang dilakukan oleh para ilmuan dengan menggunakan tekhnologi canggih mengambil kesimpulan bahwa alam semesta memiliki permulaan. Para ilmuan berpendapat bahwa alam ini berada dalam kondisi dinamis. Alam semesta akan terus mengalami perubahan.
Teori big bang merupakan model penciptaan alam semesta yang menerangkan bahwa alam semesta ini diciptakan dari ketiadaan. Pada tahun 1929 Edwin Hubble melakukan sebuah penelitian ketika mengamati bintang-bintang dengan teleskop, ia menemukan bahwa bintang-bintang memancarkan cahaya merah sesuai dengan jaraknya. Hal ini berarti bahwa bintang-bintang ini bergerak menjauhi kita. Sebab, menurut hukum fisika yang ia ketahui spectrum dari sumber cahaya yang sedang bergerak mendekati pengamat cenderung ke warna ungu, sedangkan yang menjauhi pengamat cenderung ke warna merah. Sebelumnya, Hubble telah membuat penelitian lain antara bintang dan galaksi bergerak tak hanya menjauhi kita tetapi juga menjauhi satu sama lain.

          Al-Qur’an telah menjelaskan tentang proses terjadinya alam dalam beberapa fase atau tahapan. Sebagaimana yang termaktub dalam Q.S. Al-Sajdah ayat 4 yang artinya :
“Allah-lah yang telah menciptakan langit dan bumi dan segala yang ada diantara keduanya dalam waktu enam hari, kemudian dia bersemayam diatas Arsy. Kamu semua tidak memiliki seorang penolong dan pemberi syafaatpun selain diri-Nya. Lalu, apakah kamu tidak memperhatikannya?”
Dari ayat diatas dapat kita pahami bahwa Allah menyebutkan penciptaan langit dan bumi dalam enam fase.
Fase pertama.
Q.S. Al-Anbiya ayat 30 yang artinya:
”Dan apakah orang-orang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian Kami pisahkan antara keduanya….”.
Dalam hal ini bisa dikaitkan dengan teori bigbang yang memisahkan antara dua komponen tersebut.
Fase Kedua
Q.S. Al-Baqarah ayat 29 yang artinya:
“Dia-lah Allah yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk kamu dan Dia berkehendak (menciptakan) langit lalu dijadikan-Nya tujuh langit. Dan Dia Maha mengetahui segala sesuatu”.
Pada masa ini adalah pembentukan langit. Pengetahuan saat ini menunjukkan bahwa langit biru hanyalah sebuah hamburan cahaya matari oleh partikel-partikel atmosfer. Diluar atmosfer langit biru taka da lagi, yang ada hanyalah titik cahaya bintang, galaxy dan benda-benda langit lainnya. Jadi, bisa kita pahami bahwa langit bukanlah background biru saja melainkan kumpulan keseluruhan bintang-bintang, galaxy dan benda langit lainnya. Maka itulah hakikat langit yang sebenarnya.
Fase Ketiga
Q.S. An-Naziat ayat 29 yang artinya :
“dan Dia menjadikan malamnya gelap gulita, dan menjadikan siangnya terang benderang”
Konsep Alam Semesta Perspektif Al-Qur’an | 5
Pada fase ini dalam penciptaan alam semesta adalah proses penciptaan tata surya, termasuk bumi. Selain itu pada fase ini terjadi proses pembentukan matahari sekitar 4,6 miliar tahun lalu dan mulai dipancarkannya cahaya dan angina matahari. Jadi, dari teori ini yang menimbulkan fenomena siang dan malam di bumi.
Fase Keempat
Q.S. An-Naziat ayat 30 yang artinya:
“dan bumi sesudah itu dihamparkan-Nya”.
Dari ayat ini menjelaskan bahwa bumi yang terbentuk dari debu-debu antar bintang yang dingin mulai menghangat dengan pemanasan sinar matahari dan pemanasan dari dalam (endogenic) unsur-unsur radioaktif dibawah kulit bumi. Akibat pemanasan itu muncul lava dari gunung berapi.
Fase Kelima
Q.S. Al-Anbiya ayat 30. Artinya:
“dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup..”
Pemanasan matahari menimbulkan fenomena cuaca di bumi, yakni awan dan halilintar. Melimpahnya air laut dan kondisi atmosper purba yang kaya akan gas metan (CH4) dan ammonia (NH3) serta sama sekali tidak mengandung oksigen bebas dengan bantuan energy listrik dan halilintar diduga menjadi awal kelahiran senyawa organic. Senyawa organic yang mengikuti aliran air akhirnya tertumpuk di laut. Kehidupan diperkirakan bermula dari laut yang hangat sekitar 3,5 miliar tahun lalu berdasarkan fosil tua yang telah ditemukan. Dari teori sains itu bisa dikembalikan lagi pada ayat diatas bahwasanya makhluk hidup berasal dari air.
Fase Keenam
Pada masa ini proses penciptaan alam ini adalah dengan lahirnya kehidupan di bumi yang dimulai dari makhluk yang bersel tunggal dan tumbuh-tumbuhan. Proses fotosintesis tumbuhan menyebabkan atmosfer mulai terisi dengan oksigen bebas. Pada fase ini pula proses

geologis yang menyebabkan pergeseran lempengan tektonik dan lahirnya rantai pegunungan di bumi terus berlanjut. Salah satu filosof Yunani yang mengemukakan teori tentang air adalah Plato. 2
Kesimpulan
alam semesta adalah suatu sistem komponen yang bersinggungan langsung dengan manusia berupa ruang, hewan-hewan, dan tumbuh-tumbuhan dengan langit sebagai atapnya dan bumi sebagai lantainya. Jadi, alam semesta adalah sebuah ruangan yang begitu besar dan terdapat kehidupan didalamnya baik kehidupan biotik maupun abiotik.
Proses terciptanya alam semesta perspektif Al-Qur’an dibagi dlam beberapa fase lebih tepatnya terbagi dalam enam fase.
Footnote
1 Kutipan ini bisa dilihat : https://id.wikipedia.org/wiki/Alam_semesta. Kutipan ini diakses pada tanggal 16-10-2016 Jam 20:46.
2 Kutipan ini bisa dilihat : https://ahmadbinhanbal.wordpress.com/2014/01/05/bagaimana-al-quran-menjelaskan-tentang-alam-semesta/. Kutipan ini diakses pada tanggal 16-10-2016 Jam 23:03
Daftar Pustaka
https://id.wikipedia.org/wiki/Alam_semesta.
https://ahmadbinhanbal.wordpress.com/2014/01/05/bagaimana-al-quran-menjelaskan-tentang-alam-semesta/.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar